Mereka datang dari tanah yang bergolak, negeri yang dibakar oleh api rasisme. Dari Burma mereka terusir, tidak diakui sebagai warga negara apalagi saudara sebangsa. Berbekal pakain dan makanan seadanya mereka berlayar menyeberang lautan, mencoba mencari peruntungan ke negeri orang. Ada yang sempat terapung-apung berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Ada pula yg sempat terperangkap di gubuk2 yang dirancang para penyelundup manusia di hutan-hutan semenanjung Malaya.
Pada pertengahan tahun 2015 yang lalu, angin laut menghanyutkan perahu-perahu kayu tanpa mesin, berisikan manusia-manusia yang kehausan dan kelaparan di tengah bumi yang dipenuhi air dan makanan. Pertolongan berdatangan, dari nelayan dan masyarakat Aceh, juga dari negeri-negeri yang jauh. Makanan, minuman dan pakain diberikan sembari mendata identitas dan memeriksa kesehatan mereka.
Di tengah penugasan yang sangat padat dalam memberikan laporan-laporan visual tentang pendaratan mereka, saya menyempatkan diri membuat beberapa foto seri. Berikut adalah salah satu seri foto potret, tentang orang Rohingya dan pakian bekas yang disumbangkan oleh warga untuk mereka. Binsar Bakkara